Keamanan Baja Ringan Terjamin Selama Mengikuti Kaidah Teknis (Part 1)
Fenomena baja ringan di zaman ini semakin massif sehingga masyarakat di kota-kota besar di Indonesia semakin familiar dan menjadikan masyarakat menganggap penggunaan baja ringan fleksibel seperti penggunaa kayu. Jika semula kita hanya bisa memesannya melalui aplikator resmi, kini di Jakarta dan sekitarnya banyak dijumpai toko yang menjual bebas aneka jenis, merek, dan kualitas baja ringan. Mereka bertindak sebagai agen untuk sejumlah aplikator. Apakah penjualan itu didukung dengan pemahaman yang baik mengenai produk dan sistem aplikasinya? Dan apakah konsumen mendapatkan informasi yang cukup untuk memilih baja ringan yang baik dan aplikator yang qualified? Hal inilah yang perlu diketahui oleh masyarakat, agar tidak terjebak pada persaingan bisnis yang tidak sehat.
Kemunculan baja ringan diketahui oleh kebanyakan orang tidak hanya karena kayu yang berkualitas semakin sulit didaptakan, tetapi juga karena efisiensi dalam biaya dan pemakaian bahan bangunan. Selama ini penggunaan kayu sebagai rangka hanya berdasarkan perkiraan atau kebiasaan, sehingga ukuran yang dipakai jauh lebih besar dibanding kebutuhannya (over design). Di sisi lain baja ringan justru diaplikasikan dengan perhitungan yang akurat dalam desain, struktur, bentang ketinggian, kemiringan, kecepatan angin, dan beban atap. Oleh karena itu sejak awal rencana pembebanan seperti jenis dan berat genteng, lampu gantung, pemanas air, dan lain-lain, pada struktur atap harus sudah ditentukan. Perhitungannya menggunakan perangkat lunak (software) khusus dan dioperasikan menggunakan perhitungan computer (computerized) guna mendapatkan desain atap dan rangka baja ringan yang tepat.
Hal-hal Penting Untuk Keamanan Baja Ringan Dalam Pemasangannya
Lalu bagaimana kita memilih material baja ringan? Dan bagaimana pula kita memilih aplikator baja ringan yang qualified? Untuk masyarakat awam, bukanlah hal yang mudah untuk memilihnya. Mereka tidak bisa menganalisa karena tidak memiliki pengetahuan teknis. Bahkan sebagian praktisi konstruksi pun ada yang kurang memahami perihal atap baja ringan. Nah, aplikator baja ringan dalam posisinya sebagai engineer, mestinya berkewajiban memberikan informasi yang benar tentang produk dan sistem aplikasinya kepada konsumen. Namun selama ini beberapa aplikator justru berusaha untuk memberikan kesan harga yang murah pada produk dan jasa yang ditawarkan, tapi dengan “menyembunyikan” beberapa hal yang merupakan konsekuensi logis dari murahnya harga tersebut. Hal inilah yang harus diinformasikan kepada masyarakat luas.
Bentuk dari tanggung jawab sebagai penjual baja ringan dan juga engineer, kami akan coba memberikan tips kepada anda untuk dapat memilih produk dan aplikator baja ringan. Silahkan baja ulasan berikut
1. Harga per meter persegi
Jika anda bertanya berapa harga per meter persegi untuk pekerjaan baja ringan, hal ini tidak dapat dijawab sesederhana itu karena tergantung dari spesifikasi material, bentuk atap dan jenis penutup atap yang digunakan. Spesifikasi material meliputi bentuk, dimensi dan ketebalan profil yang digunakan. Bentuk atap mempengaruhi tingkat kerumitan sistem struktur rangka atap. Sedangkan jenis penutup atap mempengaruhi beban yang harus ditumpu oleh rangka atap. Jenis-jenis penutup atap dapat berupa genteng keramik, genteng beton, atap asbes, spandek maupun atap metal. Dari masing-masing jenis tersebut memiliki berat yang berbeda-beda, sehingga hasil perhitungan nantinya akan berbeda pula. Nah, ketiga hal tersebut tentunya sangat berpengaruh pada harga per meter perseginya.
2. Spesifikasi dan sistem aplikasi berpengaruh pada keamanan baja ringan
Setelah memahami ketiga hal tersebut, step selanjutnya yaitu memahami lebih jauh tentang data spesifikasi material rangka atap baja ringan dan sistem aplikasinya. Pembahasan ini meliputi mutu baja ringan, lapisan anti karat, software desain struktur, alat sambung, proses perakitan dan garansi.
3. Mutu baja ringan.
Karena ketebalan profil baja ringan sangat tipis (yang beredar di Indonesia berkisar 0,4 – 1 mm), bahan baja yang umum dipakai adalah baja mutu tinggi atau biasa disebut High Tension Steel, umumnya (standar) G550, ini berarti Yield Strength maupun Tension Strength baja tersebut minimal yaitu 550 Mpa. Konsumen mungkin sulit untuk mengetahui mutu dari bahan yang ada, tetapi dengan mengetahui standar baja minimum G550, anda dapat meminta jaminan tertulis bahwa bahan baku yang akan kita pakai adalah G550.
4. Lapisan anti karat
Lapisan Z (Zinc) yang sering disebut Galvanis dan AZ (Aluminium dan Zinc) adalah jenis-jenis lapisan anti karat yang lazim dipakai di Indonesia. keduanya mempunyai kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri. Kelebihan Aluminium Zinc (AZ) adalah lebih tahan korosi terhadap air garam sedangkan kelemahannya adalah tidak tahan terhadap adukan semen atau mortar (korosif). Sementara lapisan Zinc (Galvanis) tidak terkorosi oleh adukan semen namun kurang tahan terhadap air garam. Menurut standar teknis tentang lapisan anti karat untuk baja ringan, dinyatakan bahwa ketebalan lapisan Aluminium Zinc minimal 150 gram/m2, sedangkan untuk lapisan Zinc (Galvanis) minimal 180 gram/m2.
4 hal berikutnya akan kami bahas pada artikel ini di part yang kedua..
Dan jika mitra amanah membutuhkan baja ringan murah dan berkualitas SNI juga material yang lainnya, silahkan klik list harga kami ini —>> List Harga amanahbaja.com
One Reply on “Keamanan Baja Ringan”